Thursday, August 9, 2012

(Catatan SasteraLapar) : Menu Favorit Hari Raya

Assalamualaikum Guys and Gals....
Masih mengenang suasana hari raya kemarin-kemarin. Mungkin tidak seberapa istimewa bagi yang lain tapi setidaknya saya pengen cerita-cerita disini. Bolelebo toh? Hal yang paling menyenangkan saat lebaran adalah, MAKAAAN!!!! huehehehehehehe.....bener kan? jangan mengelak. Disamping telah menuntaskan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang dilarang, juga membersihkan diri dari segala "kotoran". Nah, salah satunya juga adalah makanan. 

 
Soal makanan selama hari raya ini, saya punya favorit khusus. Untuk kue-kue hari raya, saya selalu minta dibuatkan kue semprit coklat, kue favorit yang harus ada selama hari raya. Adik saja suka yang berkeju-keju, sedang saya suka serba coklat dan pahit-pahit manis. Yah, tentunya harus ada kaastengels, nastar dan kawan-kawannya. Dulu, kami juga kadang suka menyajikan sirup dengan ditaburi kacang bawang goreng didalamnya. Rasanya, manis-manis gurih, soalnya kami juga harus mengunyah kacangnya. Maklum, di keluarga kami ada unsur-unsur Maduranya. Tapi apapun jenisnya, semprit coklat itu harus tersedia selama lebaran..hehehehehe..
Sedang untuk makanan lainnya, dalam tradisi keluarga dan lainnya, pastilah ada ketupat, lemet (semacam lontong nasi dengan kacang tolo didalamnya), telur petis (telur rebus dimasak dengan bumbu petis, rasanya luar biassaaa), sambal urap (campuran parutan kelapa), sambal krecek (ya tau dong, sambel goreng pakai rambak alias kulit sapi), opor ayam (fardu kifayah!....), sambal goreng tempe (pakai kuah santen), dan sayur labu siam (atau di tempat saya dibilang manisah). Dan kesemuanya itu dimakan secara bersamaan atau terpisah....ditambah dengan bubuk kedelai agar rasanya makin mantep.
Namun, salah satu yang tidak boleh ketinggalan ya telur petis itu!! Wajib dan jika tidak ada itu, wah..! Bakal mati dech...huekekekekeekkkk. Dulu, ada kebiasaan menggantung ketupat dan lemet dipintu rumah, dan dibiarkan sampai mengeras dan mengkerut....tapi apa maksudnya saya sampai sekarang tidak tahu sama sekali. Tapi setidaknya, tradisi menggantung ketupat itu sudah mulai ditinggalkan. Akan tetapi, tradisi Jawa yang baru memasak ketupat 7 hari setelah Idul Fitri sudah mulai ditinggalkan berangsur-angsur, banyak rumah yang mulai menyediakannya pas Idul Fitri, sekalian menjamu tamu.
Cuma ada betenya juga! kemanapun saya pergi silaturrahmi, pasti menu itu yang disuguhkan...hehehehehe. Dan perbedaan lainnya adalah, hari raya Idul Fitri di Pulau Madura dan masyarakat Madura pada umumnya tidak semeriah suku lain, karena justru hebohnya mereka pada saat Idul Adha, dimana istilahnya Lebaran Haji, dan pasti menjelang Idul Adha, pelabuhan Ujung akan macet total karena banyaknya orang Madura yang toron (istilah mereka untuk mudik). 
Sudah dulu, setiap daerah pasti mempunyai makanan khasnya masing-masing selama Idul Fitri, dan kalau saya pikir yang tipikal di tempat saya ya adanya telur petis itu....'

Wassalam,
Bambang Priantono
14 Nov 2005
Tulis ulang 9 Agustus 2012

No comments:

Post a Comment