Thursday, August 9, 2012

(Catatan SasteraLapar) : Soto Lamongan For The Soul 1


Anda tahu Soto Lamongan bukan? Soto khas wilayah Lamongan, Jawa Timur ini sangat enak. Kuah kuning gurih yang berasal dari campuran aneka bumbu termasuk warnanya yang keemasan karena bahan pewarna kunyit yang dipakai, plus potongan-potongan daun bawang, suwiran daging ayam, potongan telur rebus ditambah dengan koya (bubuk kelapa) yang makin menambah citarasa Soto Lamongan apalagi dimakan dengan sambal atau kecap. 

Saya biasanya menambahkan dua jenis kecap, yakni kecap asin dan kecap manis serta sambal yang banyak agar soto yang saya makan semakin mengundang selera. Bahkan yang suka bikin saya mikir sendiri adalah saya suka sekali menambah banyak koya ke dalam soto dengan fungsi selain mempergurih, juga mengentalkan kuah soto. Plus telur rebus satu butir, disamping itu saya selalu meminta tukang penjualnya untuk tidak memberi kulit ayam, karena saya paling benci dengan kulit ayam, biasanya sih saya meminta diambilkan daging bagian dada yang rendah lemaknya. Hmmm…enak sekali.


Selera orang atas Soto Lamongan berbeda-beda. Ada yang tidak suka koya, ada yang suka jerohan antara lain hati, jantung, ampela, usus dan telur muda (saya paling benci dengan bagian itu, karena amisnya minta ampun), kemudian ada yang suka kuah banjir-banjir sampai suka saya istilahkan sebagai selera Bengawan Solo (teringat Bengawan Solo yang ketika memasuki Jawa Timur menjadi sungai yang hobi banjir, nggak enak kalau nggak banjir maksudnya), atau juga ada yang hanya minta telur saja tanpa ayam, dan bagian leher ayam. Pendek kata pandangan dan selera orang terhadap Soto Lamongan tergolong manasuka.

Perpaduan yang kompleks antara air, bawang putih, bawang merah, kemiri, garam, cabai, kunyit, daun bawang dan kawan-kawan sebagai bumbunya, ditambah dengan aneka macam bahan lainnya menghasilkan satu kesatuan yang khas, yang membedakannya dengan soto-soto dari daerah lain.
Kadang saya berkaca pada diri sendiri, apakah saya, anda atau kita semua sudah menjadi soto lamongan yang enak bagi sekitar kita? Apakah bangsa kita juga bisa menjadi soto lamongan yang disukai berbagai kalangan? Untuk menjadi satu kesatuan yang unik dan beraneka, maka kita perlu mencari perpaduan yang pas, sebagaimana layaknya membuat soto itu sendiri. Mulai dari persahabatan, percintaan, persaudaraan hingga dalam lingkup luas , perdamaian dunia. Semisalnya :

Bawang putih kemurnian
Kemiri pencerah
Bawang merah keberanian
Cabai dan jahe ketegaran
Garam kebanggaan
Gula pengikat rasa cinta
Serai dan lengkuas  penegas rasa
Daun bawang perdamaian
Kunyit sebagai pemersatu

Sedangkan bahan tambahannya berfungsi sebagai bhinneka tunggal ika. Biarpun berbeda asalnya, seperti suwiran ayam yang menjadi ciri kenapa disebut soto ayam, lalu dimasak dengan api konflik dengan temperatur tertentu yang bukannya mencerai beraikan, malah justru memperkuat rasa soto tersebut. Ke-bhinekaan juga ditambahkan dengan telur rebus, koya dan akhirnya sampailah dihadapan kita seolah memanggil untuk segera disantap.

Meskipun mungkin tidak selengkap chicken soup atau sop ayam, namun rasanya sepo alias hambar (maklum perut Melayu), namun citarasa yang kuat dalam Soto Lamongan bisa juga kita coba dalam kehidupan ini. Seumpamanya kita semua mau mengabaikan semua perbedaan itu untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar, maka insyaallah kehidupan kita terasa lebih nikmat. Saya menuliskan ini sebenarnya juga untuk mengingatkan diri sendiri, betapa indahnya hidup jika tidak diselingi dengan kebohongan, menerima perbedaan dengan ikhlas, namun berusaha menyuarakan kebenaran meski hanya seayat sekalipun. Saya masih harus mengingatkan diri sendiri pula untuk membina serta setidaknya membantu menjadikan apa yang saya sentuh menjadi soto lamongan yang lezat…lezat di lidah, lezat di hati, lezat untuk semuanya. Dan memuaskan jiwa kita..

Soto Lamongan for the soul sebenarnya ada dalam diri kita, karena telah dipersiapkan Allah bagi kita, hanya saja apakah kita mau menemukan dan menikmatinya? Di alam sekitar, dari pengalaman pribadi, budaya atau dari orang lain. Dan membagikan soto itu kepada lainnya…


Bambang Priantono
17 Maret 2006
Ditulis ulang 10 Agustus 2012

No comments:

Post a Comment