(Kembang Lambe Siang) : Mie Goreng Aceh Modifikasi Perjuangan

Salah satu hobi yang paling saya suka dalam hidup adalah memasak. Oh iya, sejak kecil memang saya senang melakukannya. Meskipun masih dalam level dasar, belum sampai buat kue-kue panggang atau yang kelas chef. Hanya sayang, sejak pindah ke Semarang dan kost, saya hanya bisa praktek masak memasak ini jika pulang ke Malang. Biasanya begitu sampai dirumah dan salam ke orangtua, tempat pertama yang saya datangi adalah dapur. Ngapain saja didapur? lihat-lihat apa saja yang ada di kulkas dan masak apa. Setelah itu baru mulai praktek.

Nah, momen paling mengesankan bagi saya dalam hal memasak ini justru pada Ramadhan tahun ini. Sejak dari Semarang saya sudah mencatat resep Mie Aceh serta bumbu genep kecil yang jadi bagian dari masakan Bali (kalau resep bumbu genep kecil ini saya nyontek dari buku masakan Bali yang dipajang di toko buku..hehehehe). Tanggal 17 Agustus pas saya datang dan langsung tanya ibu saya apa bahan-bahan untuk masak ada di kulkas semua? Beliau mengiyakan dan langsung saya mlipir ke dapur. Semua ada karena rencananya saya akan buat Mie Goreng Aceh tentu dengan beberapa modifikasi (udang saya ganti jamur). Bubuk kare dan jamurnya belum ada hingga setelah sholat Jumat saya langsung ngacir ke supermarket untuk membeli bubuk kare dan 3 jenis jamur (lebay juga ya).

Nah, setelah semua bahan sudah ada ditangan. Mulai dah saya membuat Mie Aceh modifikasi tadi. Catatan Mie Aceh yang saya ambil dari internet (lupa juga nih) akhirnya saya rubah. Takaran yang ada ditulisan itu nggak semua saya turuti, karena saya ingat pesan ibu saya kalau nuruti takaran belum tentu rasanya akan enak. Jadi istilahnya saya penganut aliran terjun bebas kalau soal bumbu-bumbu.

Oh iya, untuk Mienya saya ambil 2 bungkus Mie Telor cap Kuda Menjangan (pipih) ya kira2 500 gram lah (bukan 400 gram mie kuning basah seperti diresep), sedangkan kaldu tulang sapinya kebetulan ada dari sisa masak kaldu kemarin jadi masih bisa dijerang lagi. Sementara untuk bawang putih dan bawang merah saya cuma mengira-ngira, kalau di resep 6 siung bawang merah dan 2 siung bawang putih, eh saya jadikan 8 dan 5 hahahahah. Daging sapinya bagaimana? Untung masih ada sisanya jadi? manfaatkan saja.

Sementara bumbu halusnya antara lain (menurut resep) :

8 butir bawang merah (saya tambahi 2 jadi 10)
3 siung bawang putih (jadi 6...lebay kan)
4 buah cabe merah (ambil di kulkas meski agak kisut, cuma 3 dan saya tambah 3 cabe rawit)
3 cm kunyit dibakar langsung
2 sdm kari bubuk (kebetulan saya beli kari India, mau buat lagi ribet)
1 sdm merica utuh

Bumbu halus tadi diblender, dengan sedikit bantuan dari ibu saya soal mblender karena saya sibuk dengan merajang bahan lain seperti daging sapi, bawang merah, bawang putih, jamur shiitake, jamur kuping coklat dan jamur tiram, bawang daun, tomat merah, kol dan tauge. Lucunya, biasanya mie itu direbus, tapi ibu saya sarankan untuk direndam di air dingin saja selama lebih kurang 15-20 menit.

"Lho? Kok nggak direbus?" tanya saya
"Wis lah, coba aja dulu.Nanti setelah lemes semua baru dikasih minyak biar nggak lengket." jawab ibu saya.
"Terus opo maneh iki No?" tanya ibu saya ganti
"Itu dulu aja Ma." sahut saya.

Masak sambil ngobrol-ngobrol dengan orangtua memang mengasyikkan. Mie Aceh ini merupakan tantangan saya, karena menggabungkan resep yang rumit dan kecermatan. Terlebih saya terkenal dirumah sebagai 'pemakan isi kulkas', kenapa? karena dirumah kulkas isinya berjejal sampai mubazir, dan kalau saya datang...dijamin langsung ludes karena saya buat bahan masakan. Tahap pertamanya sih bawang merah, putih dan bumbu halus ditumis dulu. Kali ini semuanya benar-benar saya kerjakan sendiri, ibu hanya bilang "sekarepmu Nak" (terserah Nak). Ketika saya tambahkan kaldu sapi...saya seperti terpesona kalau tidak dibilang lebay. Saya cium-ciumi aroma yang tertebar dari wajan anti lengket itu dan memasukkan dagingnya sebentar saja.

                                                Mie Goreng Aceh saat diwajan

Apa saya harus bilang WOW?? Saat itu benar-benar WOW! Bahan-bahan sisanya saya masukkan dengan riang gembira, dan berhubung lagi puasa, maka cukup dicicipi sampai ujung lidah. Kurang pas? masukkan saja garam dan gula. Proses demi proses pembuatan Mie Aceh modifikasi (karena udang saya ganti 3 jenis jamur) ini saya nikmati banget. Padahal kebiasaan saya kalau masak suka ditinggal-tinggal sejenak dan sangat mengesankan. Saya sih tidak begitu mikir kalau keluarga tidak suka, apalagi imej saya di keluarga adalah : masakannya selalu aneh-aneh dan full rempah-rempah. Pas saya cicipi ketika buka puasa tiba adalah..

Pedas
Penuh rempah
Gurih!

Alhamdulillah! akhirnya saya selesaikan dengan berdarah-darah, karena kalau saya buat mie sering gagal karena lupa beri minyak agar tidak lengket. Melihat hasilnyapun saya sangat senang. Saking senangnya, seperti yang berlaku bagi para netter....foto dulu baru makan, langsung saya ambil gambarnya. Ditata dengan emping yang mengelilingi mie dan piring jadul yang masih kami pakai sampai sekarang. Jeprett!! barulah dimakan. Saya cuma beritahu ibu kalau mienya sudah siap, tinggal diambil.

Saya jelasnya senang sekali, ketika waktu buka puasa, bapak dan ipar saya menyantap Mie Goreng Aceh modifikasi saya. Minimal perjuangan selama hampir 2 jam itu terbayar sudah. Mienya tidak lengket, dan rasanyapun enak.

"No, mienya kok pedes ya? Terus rasanya banyak karenya?" tanya ibu.
"Jelas Ma, wong ala Aceh ya pasti rame rempahnya." jawab saya. Tentulah sebenarnya bumbunya sudah disederhanakan.
Akhirnya, Mie Goreng Aceh saya dijadikan salah satu sajian pada saat Hari Raya dirumah Budhe saya. Sepupu yang mencoba mie saya bilang..."Enak". Wah-wah..diam-diam hidung saya kembang kempis dengan cueknya.

Fiuhh!! benar-benar momen memasak yang menyenangkan. Sukses dah membuat Mie model ini. Resepnya nanti saya susulkan. Dengan bahan seadanya, hasilnya ternyata bisa maksimal.


Bambang Priantono
28 Agustus 2012
Semarang
13:34 WIB

Foto : dokumentasi pribadi 100%

Tulisan ini diikutsertakan dalam "GiveAway Nyam Nyam Enny Mamito"