Wednesday, August 8, 2012

Martabak Manis atau Terang Bulan?


Ngobrol lagi yuuukkk…Sambil ngopi, makan atau ngemil nggak masyalah!
Sebenarnya ini cerita lama sekali, kurang lebih sekitar 12 tahun yang lalu. Waktu itu saya baru naik kelas satu ke kelas dua SMA, dan orangtua beserta adik bermukim di Bekasi, tepatnya dikawasan Pangkalan Pasir, Rawalumbu. Kira-kira bulan Juni 1993 itulah saya untuk kali pertama berkunjung ke Bekasi, yah hitung-hitung melepaskan diri dari ke-betean tinggal di Malang. Waktu mereka pindah, saya menolak untuk ikut karena kasihan dengan Eyang Kakung, ditambah waktu itu tinggal bersama Bude dan Pakdhe dari pihak Papa.


Singkat cerita, saya menghabiskan liburan ke Bekasi. Jalan-jalan ke Jakarta yang untuk pertama kalinya saya lakukan. Setiap hari Minggu, kami sekeluarga bepergian kemanapun kita inginkan, ke TMII, ke Monas, ke Musium Nasional dan banyak tempat di Jakarta. Saat –saat itu sangat menyenangkan bagi saya, apalagi bisa melarikan diri dari ‘kesesakan’ keluarga Papa saya di Malang, dan teman-teman yang terkadang bikin bete sekaligus senang..hehehehe.

Suatu malam kira-kira jam 7 malam habis isya’, waktu itu saya sekeluarga sedang nongkrong-nongkrong sambil nonton TV (kalau tidak salah habis Seputar Indonesia), tiba-tiba adik saya berkata begini :

Mas, mau martabak nggak? “

Saya jawab : “Iya dech”…

Sejurus kemudian adik saya keluar, katanya orang jualan martabak itu ada di luar blok.

Sudah, kira-kira 30 menit kemudian adik saya kembali ke rumah, membawakan sebungkus makanan yang dikatakannya martabak. Setelah saya buka bungkusnya, saya spontan berkata.

Lho, ini kan terang bulan?”

Adik saya berkata : “Kalau disini yang dibilang martabak ya terang bulan. Kalau martabak yang Mas maksud itu disini bilangnya martabak telor”,

Saya langsung mengangguk maklum, sambil menggaruk kepala yang nggak gatal. “Ooooh…jadi kalau di sini itu terang bulan dibilang martabak, sedangkan martabak dibilang martabak telor”. Karena waktu itu saya anggap adik saya mau beli martabak yang telor, dan pantas saja waktu saya berkesempatan beli martabak – sebelum adik saya membelikan-, saya ditanya langsung “Martabak apa martabak telor?” Dalam batin saya berpikir “Apa bedanya ya?”

Kontan saya senyum-senyum sendiri sambil mencicipi martabak alias terang bulan yang masih mengepul-ngepul karena baru keluar dari panggangan. Tiba-tiba juga saya teringat, kalau selama jalan-jalan di Jakarta itu tidak pernah menemui sekalipun kue ‘terang bulan’, yang ada hanya martabak manis atau martabak saja. Waduuhhh, di Jawa Timur pasti orang Jakarta juga pusing mencari martabak manis, yang ada hanya terang bulan. Hahahahaha…

Lama kemudian saya sadar, kenapa orang Jawa Timur menyebutnya sebagai terang bulan? Karena bentuk kue itu yang memang bulat penuh seperti bulan purnama, dan mungkin dalam penamaan ini ada nilai seninya…kue disamakan dengan rembulan. Indah kan? Hehehehe. Yah, memang lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain belalangnya…Namun disinilah keindahannya. Dan hingga detik ini saya tetap bertahan menyebut istilah terang bulan meski harus manut dengan keadaan setempat pulak…karena istilah itu terdengar lebih indah dan romantis..cieee  Di Semarang bahkan namanya jadi Kue Bandung, entah kenapa disebut demikian.

Kenapa ini saya ceritakan? Karena mengingat kenaifan saya di masa lalu, maklum belum pernah kemana-mana waktu itu..hehehehe


Bambang Priantono

10 Juli 2005

Ditulis ulang 2012


No comments:

Post a Comment