Thursday, May 3, 2012

Memasakpun perlu Cinta


Cinta itu sejagat (universal), dapat ditemukan dimana-mana, cinta berasal dari dalam hati dan pikiran, dari cinta sejati hingga cinta nafsu. Cinta juga adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita. Seringkali para anak muda mengatakan “Dunia hanya milik berdua, yang lain ngontrak”, sebagai kekuatan cinta yang dahsyat. Karena cinta, seseorang bisa berubah 180 derajat….bisa menjadi baik, atau malah memburuk.
Cinta juga bermakna sangat luas, lebih dari sekedar cinta antara dua insan berbeda jenis yang terikat oleh kimia-kimia jiwa, jantung berdebar, hati berbunga, mata saling berpandangan, selalu terbayang oleh sang pujaan hati yang kata sebuah lagu lama begini :
Aku mau makan, ingat kamu

Aku mau tidur, ingat kamu

Aku mau mandi, ingat kamu

 
Hahahahaha…..ternyata cinta bukanlah sesempit itu. Cinta itu fitrah, dan laskarnya banyak bergentayangan dimana-mana bak kuntilanak nyasar di mall. Mau temukan cinta? Bongkarlah isi hati anda, kepada siapakah atau untuk apa cinta anda hendak dihaturkan.
Sayapun mengalami hal yang serupa, pada saat membaca seri tematis Gober Bebek yang berjudul SEDAAAP, dimana buku itu merupakan kumpulan cerita Donal Bebek yang bertema masak memasak berikut kisah-kisah lucu yang ada didalamnya. Salah satu cerita diantaranya, manakala Gober Bebek berkunjung untuk makan di rumah Nenek Bebek. Gober bertanya, “Kenapa Nenek tidak membuka restoran?”, Nenek Bebek menjawab, “Sebenarnya sudah,”…”Tentu! Waktunya hanya sebentar.” Kemudian diceritakan betapa sedikit bantuan Agus Angsa yang seringkali mencicipi, tapi sampai habis makanan-makanan untuk tamu. Sampai-sampai Nenek meminta Agus untuk menjaga parkir diluar gudangnya yang dijadikan restoran, yang tetap saja, Agus tetap tertidur. Akibatnya Nenek menyuruh Agus menjadi penerima tamu. Sikap Agus yang selalu menempel ke jendela melihat orang makan inilah yang membuat restoran Nenek laris manis.
Namun, kenapa restoran Nenek tutup? Karena satu hal, bahwa Agus tidak lagi berselera dengan makanan yang hendak diberikan kepada tamu, ditambah kualitas masakan yang menurun seiring dengan makin bertambahnya tamu. Dari situlah Nenek tersadar bahwa memasakpun juga diperlukan perasaan. Perasaan yang juga termasuk cinta didalamnya.
Kisah dari sebuah bacaan anak-anak ini sangat menggugah saya. Saya tersadar, bahwa cinta bukan hanya diungkapkan dengan kata-kata romantis nan mellow sumellow darellow andi low yang kadang memualkan perut, membuat jiwa melayang-layang hingga lupa daratan jika dosisnya berlebihan (hueekkk). Ibu memasakkan makanan untuk kita juga karena cinta, cinta kepada keluarganya, sehingga masakannya terasa enak meski sebenarnya rasanya biasa-biasa saja. Namun, karena ada cinta didalamnya maka yang memakanpun asik-asik belaka.
Bagaimana membuat masakan terasa enak? Masukkan selalu bumbu cinta ke dalam setiap masakan anda. Bumbu cinta ini hukumnya wajib! Meskipun hanya memasak telur matasapi. Irislah bawang merah dengan segenap rasa, meski nantinya akan menangis Bombay karena kepedasan, uleglah semua bumbu-bumbu dengan rasa senang, kupaslah bahan baku dan olah dengan hati senang, dan cinta. Kalau perlu memasaklah sambil bernyanyi-nyanyi untuk menghilangkan stress dan jadikan memasak sebagai penyalur rasa. Biarpun masakan anda gosong, tapi pandangilah dengan perasaan bangga, karena setidaknya anda berusaha untuk menyajikan sesuatu, baik untuk diri sendiri maupun kepada siapapun. Gosong? Itulah pembelajaran…pembelajaran cinta, karena dalam melakukan segala sesuatu jika tanpa dasar cinta tidak akan ada artinya (jangan kelewat Mellow, tahu?). Buat lagi, hingga menjadi terbaik. Para koki terkenal misalnya, disamping memasak sebagai tuntutan pekerjaan, juga dikarenakan perasaan cinta sehingga rasanya seperti nendang dalam hati.
Sebaliknya, jika kita memasak dengan asal-asalan, maka apa yang dihasilkan juga terasa hambar, meski enaknya bagaimanapun. Berbeda dengan masakan yang dibuat dengan penuh rasa, karsa dan cita…
Sebelum saya akhiri, pernah ingat cinta bermula dari perut? Kadang cinta juga timbul dari masakan, dari memasak. Misalnya cerita ini :

Juminten, seorang pembantu rumah tangga miskin yang kemana-mana selalu dikawal satu peleton satpam dan intelijen jatuh cinta dengan Jumino, seorang supir pribadi yang BMW-nya satu lapangan parkir yang tinggal di sebelahnya. Jumino adalah cowok paling ganteng satu RT tempat Juminten bermukim. Diam-diam Juminten berburu informasi dari teman-teman sesama pembantu untuk mengetahui selera makan sang Jumino, ditambah hobi nonton Mbak Jang Geum. Setelah penyelidikan sana sini, akhirnya Juminten menemukan fakta, bahwa Jumino sangat menggemari….SEMUR JENGKOL dan semua yang berbahan jengkol hingga kentutnya selalu bau ‘sangar’. Jumintenpun berinisiatif untuk memodifikasi jengkol-jengkol yang ada. Demi cinta kepada sang arjuna, tanpa pamrih..cieeee…
Mulailah Juminten mencari-cari ide, siang dan malam…sampai-sampai jatah majikannyapun suka dilupakan. Seharusnya dimasakkan soto ayam, eh ketuker  makanan anjing!!!. Juminten membuat kreasi jengkol aneka rupa, gak lepas dari coba-coba. Hingga setelah 7 hari 7 malam, hingga majikannya mengalami kasus kurang gizi…akhirnya terciptalah kreasi ala Juminten…
Steak Jengkol, Jengky pizza, roti lapis isi jengkol, jengky burger, bahkan sampai pepes jengkol super…dengan biji jengkol gede-gede, dan jengkol goreng dengan lalap daun simbukan (Jw : daun kentut, atau kahitutan dalam bahasa Sunda), plus…sari jengkol rasa mangga istimewa.
Waktu Jumino datang ke rumah Juminten untuk mengambil pesanan Ny. Bonbon majikannya, Juminten dengan cueknya langsung mengajak makan Jumino di ruang makan, sementara majikannya masih menjalani terapi perbaikan gizi. Jumino langsung makan dengan lahap, hingga tak sadar piring-piringpun nyaris dimakannya juga (walah!). Setelah memakan jengkol karya Juminten…Jumino selalu terbayang kelezatannya dan bermimpi setiap malam. Mimpinya, dia menolong Juminten yang tenggelam dalam samudera jengkol…yekzzz..Akibatnya….sejak itu setiap hari Jumino selalu datang minimal untuk sarapan di rumah Juminten dengan menu jengkol yang berbeda-beda. Jumino merasa tidak bisa hidup tanpa jengkol kreasi Juminten, sehingga menikahlah mereka berdua dengan maskawin seperangkat jengkol berikut pohonnya..


Itulah cinta, dan memasak dengan cinta adalah salah satu laskar cinta….Dari perut naik ke hati. Ungkapkan rasa cinta anda kepada siapapun dengan masakan anda (biar gosong dan jika memang suka memasak)

Catatan lama yang diulang kembali 

No comments:

Post a Comment