Anda tahu Soto Lamongan
bukan? Soto khas wilayah Lamongan, Jawa Timur ini sangat enak. Kuah
kuning gurih yang berasal dari campuran aneka bumbu termasuk warnanya
yang keemasan karena bahan pewarna kunyit yang dipakai, plus
potongan-potongan daun bawang, suwiran daging ayam, potongan telur rebus
ditambah dengan koya (bubuk kelapa) yang makin menambah citarasa Soto Lamongan apalagi dimakan dengan sambal atau kecap.
Saya
biasanya menambahkan dua jenis kecap, yakni kecap asin dan kecap manis
serta sambal yang banyak agar soto yang saya makan semakin mengundang
selera. Bahkan yang suka bikin saya mikir sendiri adalah saya suka
sekali menambah banyak koya ke
dalam soto dengan fungsi selain mempergurih, juga mengentalkan kuah
soto. Plus telur rebus satu butir, disamping itu saya selalu meminta
tukang penjualnya untuk tidak memberi kulit ayam, karena saya paling
benci dengan kulit ayam, biasanya sih saya meminta diambilkan daging
bagian dada yang rendah lemaknya. Hmmm…enak sekali.
Selera orang atas Soto Lamongan berbeda-beda. Ada yang tidak suka koya,
ada yang suka jerohan antara lain hati, jantung, ampela, usus dan telur
muda (saya paling benci dengan bagian itu, karena amisnya minta ampun),
kemudian ada yang suka kuah banjir-banjir sampai suka saya istilahkan
sebagai selera Bengawan Solo
(teringat Bengawan Solo yang ketika memasuki Jawa Timur menjadi sungai
yang hobi banjir, nggak enak kalau nggak banjir maksudnya), atau juga
ada yang hanya minta telur saja tanpa ayam, dan bagian leher ayam.
Pendek kata pandangan dan selera orang terhadap Soto Lamongan tergolong
manasuka.
Perpaduan
yang kompleks antara air, bawang putih, bawang merah, kemiri, garam,
cabai, kunyit, daun bawang dan kawan-kawan sebagai bumbunya, ditambah
dengan aneka macam bahan lainnya menghasilkan satu kesatuan yang khas,
yang membedakannya dengan soto-soto dari daerah lain.
Kadang saya berkaca pada diri sendiri, apakah saya, anda atau kita semua sudah menjadi soto lamongan yang enak bagi sekitar kita? Apakah bangsa kita juga bisa menjadi soto lamongan yang
disukai berbagai kalangan? Untuk menjadi satu kesatuan yang unik dan
beraneka, maka kita perlu mencari perpaduan yang pas, sebagaimana
layaknya membuat soto itu sendiri. Mulai dari persahabatan, percintaan,
persaudaraan hingga dalam lingkup luas , perdamaian dunia. Semisalnya :
Bawang putih kemurnian
Kemiri pencerah
Bawang merah keberanian
Cabai dan jahe ketegaran
Garam kebanggaan
Gula pengikat rasa cinta
Serai dan lengkuas penegas rasa
Daun bawang perdamaian
Kunyit sebagai pemersatu
Sedangkan bahan tambahannya berfungsi sebagai bhinneka tunggal ika.
Biarpun berbeda asalnya, seperti suwiran ayam yang menjadi ciri kenapa
disebut soto ayam, lalu dimasak dengan api konflik dengan temperatur
tertentu yang bukannya mencerai beraikan, malah justru memperkuat rasa
soto tersebut. Ke-bhinekaan juga ditambahkan dengan telur rebus, koya dan akhirnya sampailah dihadapan kita seolah memanggil untuk segera disantap.
Meskipun mungkin tidak selengkap chicken soup atau sop ayam, namun rasanya sepo alias
hambar (maklum perut Melayu), namun citarasa yang kuat dalam Soto
Lamongan bisa juga kita coba dalam kehidupan ini. Seumpamanya kita semua
mau mengabaikan semua perbedaan itu untuk menghadapi sesuatu yang lebih
besar, maka insyaallah kehidupan kita terasa lebih nikmat. Saya
menuliskan ini sebenarnya juga untuk mengingatkan diri sendiri, betapa
indahnya hidup jika tidak diselingi dengan kebohongan, menerima
perbedaan dengan ikhlas, namun berusaha menyuarakan kebenaran meski
hanya seayat sekalipun. Saya masih harus mengingatkan diri sendiri pula
untuk membina serta setidaknya membantu menjadikan apa yang saya sentuh
menjadi soto lamongan yang lezat…lezat di lidah, lezat di hati, lezat untuk semuanya. Dan memuaskan jiwa kita..
Soto Lamongan for the soul sebenarnya
ada dalam diri kita, karena telah dipersiapkan Allah bagi kita, hanya
saja apakah kita mau menemukan dan menikmatinya? Di alam sekitar, dari
pengalaman pribadi, budaya atau dari orang lain. Dan membagikan soto itu
kepada lainnya…
Bambang Priantono
17 Maret 2006Ditulis ulang 10 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment