Hmmm…tempe
penyet. Tahu kan? Banyak yang tahu pastinya, tempe yang dipenyet diatas
sambal tomat, kemudian dimakan panas-panas dengan nasi anget? Pasti
semuanya ngerti atau malah sebaliknya..hehehehe. Makanan rakyat, murah
meriah dan gampang bikinnya.
Sebenarnya
tempe penyet ini mulai booming semenjak terjadinya krisis moneter. Yah,
waktu itu tempe penyet dijadikan sebagai alternatif makanan warung yang
murah meriah dengan harga sekitar 1000 rupiah kalau nggak salah.
Lebih-lebih di Surabaya, sebelum tahun 1997, belum ada satupun orang
yang berjualan makanan sejenis itu. Tapi kini, sepanjang jalan di
kos-kosan saya (Karangmenjangan), warung tempe penyet berjejer sepanjang
sisi kanan jalan, bahkan mungkin didominasi oleh makanan jenis ini.
Sehingga kadang saya mengejek jalan Karangmenjangan dengan nama Jalan tempe penyet.
Dari
sini saya baru ingat. Semasa kecil, pas tidak ada yang masak dan karena
saya juga tinggal dengan sepupu-sepupu, maka kadang kami suka ke dapur,
ambil tomat, cabai merah, cabai rawit, gula, garam, bawang dan sedikit
terasi, untuk kemudian diuleg sampai halus dalam cobek (kalau Jawa
bilang cowek). Selanjutnya ambil tempe goreng dan sudah lumatkan sampai halus-lus-lus, dan kami namakan tempe gulek alias tempe uleg. Sekitar tahun 1980an akhir itu makanan favorit kami kalau tidak ada makanan. Kami mengingatnya sebagai masa tempe gulek,
jadi pas makan siang kami langsung lari-lari ke dapur sambil bernyanyi
kecil “tempe gulek, tempe gulek” dan makan sama-sama dalam 1 cobek besar
dengan tempe sebanyak 8 biji, meski suka nggak ngepas rasanya. Kadang
kepedasan lah, kadang kemanisan lah, atau apalah..yang penting hepi-hepi
aja.
Awal
mulanya tempe penyet ini hanya sederhana modelnya. Tempe dipenyet
sambal ekstra lalapan dan nasi hangat. Sudah! Tapi, sekarang isiannya
tidak lagi semata, isian penyet kini makin merambah kedalam jenis
makanan lainnya. Sudah ada tahu penyet, ayam penyet, lele penyet, atau
kombinasi diantaranya, misal dengan terong goreng, telur tempe penyet,
empal penyet dan lain sebagainya. Kalau favorit saya sih adalah
kombinasi telor ceplok + tempet + terong. Kadang-kadang juga pakai
daging empal penyet. Tapi saya paling benci dengan lele penyet dan ayam
penyet, karena rasanya –menurut saya lho- jadi nyeleneh.
Intinya nama tempe penyet
tidak lagi sendiri. Banyak bahan makanan yang bisa dibuat
penyetnya…dengan bumbu yang mudah didapat, tidak repot-repot,
paling-paling pas ngulek saja yang makan waktu. Sudah dech, praktis.
Kesegaran tempe penyet atau penyet-penyet lainnya bisa ditambahkan apa
saja, selain daun kemangi, kacang panjang, ketimun atau sekedar kubis.
Pokoknya fleksibel deh!
Hmmm…omong-omong waktu saya menulis ini baru saja makan tempe penyet neh.
18 Juli 2005
Tulis ulang 8 Agustus 2012
Bambang Priantono
Sastera Lapar
No comments:
Post a Comment