Ngobrol lagi yuuukkk…Sambil ngopi, makan atau ngemil nggak masyalah!
Sebenarnya
ini cerita lama sekali, kurang lebih sekitar 12 tahun yang lalu. Waktu
itu saya baru naik kelas satu ke kelas dua SMA, dan orangtua beserta
adik bermukim di Bekasi, tepatnya dikawasan Pangkalan Pasir, Rawalumbu.
Kira-kira bulan Juni 1993 itulah saya untuk kali pertama berkunjung ke
Bekasi, yah hitung-hitung melepaskan diri dari ke-betean tinggal di
Malang. Waktu mereka pindah, saya menolak untuk ikut karena kasihan
dengan Eyang Kakung, ditambah waktu itu tinggal bersama Bude dan Pakdhe
dari pihak Papa.
Singkat
cerita, saya menghabiskan liburan ke Bekasi. Jalan-jalan ke Jakarta
yang untuk pertama kalinya saya lakukan. Setiap hari Minggu, kami
sekeluarga bepergian kemanapun kita inginkan, ke TMII, ke Monas, ke
Musium Nasional dan banyak tempat di Jakarta. Saat –saat itu sangat
menyenangkan bagi saya, apalagi bisa melarikan diri dari ‘kesesakan’
keluarga Papa saya di Malang, dan teman-teman yang terkadang bikin bete
sekaligus senang..hehehehe.
Suatu
malam kira-kira jam 7 malam habis isya’, waktu itu saya sekeluarga
sedang nongkrong-nongkrong sambil nonton TV (kalau tidak salah habis
Seputar Indonesia), tiba-tiba adik saya berkata begini :
“Mas, mau martabak nggak? “
Saya jawab : “Iya dech”…
Sejurus kemudian adik saya keluar, katanya orang jualan martabak itu ada di luar blok.
Sudah,
kira-kira 30 menit kemudian adik saya kembali ke rumah, membawakan
sebungkus makanan yang dikatakannya martabak. Setelah saya buka
bungkusnya, saya spontan berkata.
“Lho, ini kan terang bulan?”
Adik
saya berkata : “Kalau disini yang dibilang martabak ya terang bulan.
Kalau martabak yang Mas maksud itu disini bilangnya martabak telor”,
Saya
langsung mengangguk maklum, sambil menggaruk kepala yang nggak gatal.
“Ooooh…jadi kalau di sini itu terang bulan dibilang martabak, sedangkan
martabak dibilang martabak telor”. Karena waktu itu saya anggap adik
saya mau beli martabak yang telor, dan pantas saja waktu saya
berkesempatan beli martabak – sebelum adik saya membelikan-, saya
ditanya langsung “Martabak apa martabak telor?” Dalam batin saya
berpikir “Apa bedanya ya?”
Kontan
saya senyum-senyum sendiri sambil mencicipi martabak alias terang bulan
yang masih mengepul-ngepul karena baru keluar dari panggangan.
Tiba-tiba juga saya teringat, kalau selama jalan-jalan di Jakarta itu
tidak pernah menemui sekalipun kue ‘terang bulan’, yang ada hanya
martabak manis atau martabak saja. Waduuhhh, di Jawa Timur pasti orang
Jakarta juga pusing mencari martabak manis, yang ada hanya terang bulan.
Hahahahaha…
Lama kemudian saya sadar, kenapa orang Jawa Timur menyebutnya sebagai terang bulan?
Karena bentuk kue itu yang memang bulat penuh seperti bulan purnama,
dan mungkin dalam penamaan ini ada nilai seninya…kue disamakan dengan
rembulan. Indah kan? Hehehehe. Yah, memang lain lubuk lain ikannya, lain
ladang lain belalangnya…Namun disinilah keindahannya. Dan hingga detik
ini saya tetap bertahan menyebut istilah terang bulan meski harus manut
dengan keadaan setempat pulak…karena istilah itu terdengar lebih indah
dan romantis..cieee Di Semarang bahkan namanya jadi Kue Bandung, entah kenapa disebut demikian.
Kenapa ini saya ceritakan? Karena mengingat kenaifan saya di masa lalu, maklum belum pernah kemana-mana waktu itu..hehehehe
No comments:
Post a Comment