Wednesday, August 8, 2012

(Catatan SasteraLapar) : Tempe Penyet


Hmmm…tempe penyet. Tahu kan? Banyak yang tahu pastinya, tempe yang dipenyet diatas sambal tomat, kemudian dimakan panas-panas dengan nasi anget? Pasti semuanya ngerti atau malah sebaliknya..hehehehe. Makanan rakyat, murah meriah dan gampang bikinnya.


Sebenarnya tempe penyet ini mulai booming semenjak terjadinya krisis moneter. Yah, waktu itu tempe penyet dijadikan sebagai alternatif makanan warung yang murah meriah dengan harga sekitar 1000 rupiah kalau nggak salah. Lebih-lebih di Surabaya, sebelum tahun 1997, belum ada satupun orang yang berjualan makanan sejenis itu. Tapi kini, sepanjang jalan di kos-kosan saya (Karangmenjangan), warung tempe penyet berjejer sepanjang sisi kanan jalan, bahkan mungkin didominasi oleh makanan jenis ini. Sehingga kadang saya mengejek jalan Karangmenjangan dengan nama Jalan tempe penyet.

Dari sini saya baru ingat. Semasa kecil, pas tidak ada yang masak dan karena saya juga tinggal dengan sepupu-sepupu, maka kadang kami suka ke dapur, ambil tomat, cabai merah, cabai rawit, gula, garam, bawang dan sedikit terasi, untuk kemudian diuleg sampai halus dalam cobek (kalau Jawa bilang cowek). Selanjutnya ambil tempe goreng dan sudah lumatkan sampai halus-lus-lus, dan kami namakan tempe gulek  alias tempe uleg. Sekitar tahun 1980an akhir itu makanan favorit kami kalau tidak ada makanan. Kami mengingatnya sebagai masa tempe gulek, jadi pas makan siang kami langsung lari-lari ke dapur sambil bernyanyi kecil “tempe gulek, tempe gulek” dan makan sama-sama dalam 1 cobek besar dengan tempe sebanyak 8 biji, meski suka nggak ngepas rasanya. Kadang kepedasan lah, kadang kemanisan lah, atau apalah..yang penting hepi-hepi aja.

Awal mulanya tempe penyet ini hanya sederhana modelnya. Tempe dipenyet sambal ekstra lalapan dan nasi hangat. Sudah! Tapi, sekarang isiannya tidak lagi semata, isian penyet kini makin merambah kedalam jenis makanan lainnya. Sudah ada tahu penyet, ayam penyet, lele penyet, atau kombinasi diantaranya, misal dengan terong goreng, telur tempe penyet, empal penyet dan lain sebagainya. Kalau favorit saya sih adalah kombinasi telor ceplok + tempet + terong. Kadang-kadang juga pakai daging empal penyet. Tapi saya paling benci dengan lele penyet dan ayam penyet, karena rasanya –menurut saya lho- jadi nyeleneh.

Intinya nama tempe penyet tidak lagi sendiri. Banyak bahan makanan yang bisa dibuat penyetnya…dengan bumbu yang mudah didapat, tidak repot-repot, paling-paling pas ngulek saja yang makan waktu. Sudah dech, praktis. Kesegaran tempe penyet atau penyet-penyet lainnya bisa ditambahkan apa saja, selain daun kemangi, kacang panjang, ketimun atau sekedar kubis. Pokoknya fleksibel deh!

Hmmm…omong-omong waktu saya menulis ini baru saja makan tempe penyet neh.


 18 Juli 2005
Tulis ulang 8 Agustus 2012
Bambang Priantono
Sastera Lapar

No comments:

Post a Comment